Ringkasan materi kuliah Corporate Governance (after mid test)
Klapper & Love (2002): CG, Investor
Protection, & Performance in Emerging Market
TUJUAN: M/berikn bukti emprs thd p.bedaan mknsme
governance antar peruh di pasar yg sdg berkembang. (1) meneliti faktor penentu dari governance pada level prshn (2)meneliti hub.
antara governance dan kinerja. KONTRIBUSI: menjwb riset
gap TEORI: Perbedaan
antar negara dlm bidang hukum dan penegakannya (law enforcement) mpnyai
pengaruh thp: struktur kepemilikan, dividen payout, ketersediaan dan biaya dari sumber
pembiayaan eksternal, serta, penilaian pasar (market valuation). Prshn akan lbh mudah melakukan ekspropiasi thp pemegang saham
minoritas karena lingkungan operasionalnya mendukung, maka prshn akan mnerapkn mknsme
governance yg lbh ketat guna melindungi kemungkinan tjdnya expropriasi. CG yg lbh baik berasosiasi dengan
kinerja operasi yg lbh tinggi (ROA) dan Tobin’s Q yg lbh tinggi. Model: faktor penentu governance sbb: GOVf = β1
Log (Sales) f + β2Sales Grf + β3K/Sf
+ β4 Legal Systemf + β5ADRsf + β6
ADRsf*Legal Systemf + γ. Prediksi:
β2 >0, β3<0, β4>0, β5>0, β6<0, β1
= ambigu. Hipotesa 1; governance prshn berkorelasi + equity Hipotesa
2 : korelasi
antara country level legal environment dgn performance Hipotesa 3: efek dari
interaksi CG dan judicial efficiency thp firm valuation. HASIL: (1)Prshn pada
negara dgn sistem hukum lemah memiliki rata-rata peringkat gov yg lbh rendah. (2) Gov pada level prshn berkorelasi
dgn variabel yg berkaitan dengan tk. inf. asimetri dan contracting
imperfection yg dihadapi prshn, dimana
penulis mgunakn proksi ;firm size, sales growth dan aktiva tak berwujud. (3) Prshn yg listing di US mpnyai peringkat governance yg lbh tinggi
--> ADR .Good governance berkorelasi positif dengan market valuation dan
operating performance. Korelasi tersebut semakin kuat pada negara yg sistem
hukumnya lemah. Implikasi: firm di neg. dg p.lindgn investor yg buruk dpt mrevisi charternya u/ mningktkan CG, à mningktkan kinerja operasi dan
pasar. Limitation dan Further research Endogenitas
Governance dengan Kinerja. FR: Partial correlations and leave establishment of causality.
Eisenberg 98, Larger Board Size and
Decreasing Firm Value in Small Firms. Tujuan: menguji hub.
antara board size dengan profitability pada prshn kecil (small firm) dgn small
di Finlandia. teori: 2 sumber utama efek board size: pningktn
problem komunikasi & kordinasi krn pningktn ukuran grup dan pnurunn
kemampuan board u/ mengontrol manajemen yg mengarah pada masalah keagenan yg
berasal dr pemisahan mgt & kontrol (jensen, 1993; Yermack 1996) Model
: model simultan: ROAadj=
f(board size, board member payment disturbances, asset, change in asset, age of
firm) ; Board Size = g(ROAadj,Asset, age of firm, group dummy). Hasil: Terdpt
korelasi negatif a/ board size & profitability dlm prshn kecil dgn small
board di Finland.
COMMITMENT OR
ENTRENCHMENT?CONTROLLING S/H & BOARD COMPOSSITION Yeh & Woidtke 2005.
LB: negara dg
prlind.invstr lmah, ownership tends more cncntrated (La Porta et al.’99);
Cncntrated ownrship solve mslh agency mnagerial krn cntrlling sharholdr pny
power & incntiv u/ mendisplnkn mngment (Grossman & Hart,’88);
cncntrated ownrship bikin mslh agncy baru: antara cntrllng n minor shrholdr
(Claessens et al.’02); Ctrlling shrholdrs pny power u/ pilih orang duduk di
board à strktr board prshn indkatr pntg apkh cntrlling shrholdr
komit GCG or entrenched. RQ: efek mana yg lbh dominan?
Efek positf incntiv or entrenchment. Jika CTRLG shholdr pilih aggta board yg
more monitor n ahliàefek insentif postv àdiukur dg CF rights. Jk pilih aggta board yg less
monitor&more support kptsn mrkàentrenchment
effectàdiukur dg beda antr CF n CTRLl rights. Hipotesis:
jk CTRLG shrholdrs komit batasi
expropriation mllui milih unaffiliated board members, bag. board members terafiliasi berhub.negtf dg ukuran insentf positive. Sample:Non-financial
co. listed in Taiwan 1998n Complete data. Vardef: CTRLg
shrholdrs : shholder or fam group yg pny largest CTRL rights ktika menjlmh
direct & indirect voting rights. Cut off u/ ultimate owner: 10% or 20%. HSL.1.Beda besar ant CF n Ctrlàsholders plih dirctors yg buat kptsn yg favor mrk;2. excess ctrl naik, jml affiliated directors/spvsor
jg naik. Boards yg
closely-linked to ctrllng family berhub.kuat dg entrnchment
effects, & firm yg begini dinilai kurang oleh
investor
SPECIAL ISSUES RELATING TO CORPORATE
GOVERNANCE AND FAMILY CONTROL , Randall Morck and Bernard Yeung, 2004.
Tujuan: (1) mempertimbangkan alasan mengapa kepemilikan piramida (terpusat) mendominasi
ekonomi di negara berkembang & negara maju.
(2) mendiskusikan
alasan mengapa widely held company (kepemilikan yg menyebar) dominan di US. Advantage
dari family control: Free dari agency problem, Long term planning, Family values, Political
connection. 3 agency problem in pyramid firms: (1)Other’s people money agency problem: mnger memntingkan pribadinya drpada pemilik (2)entrenchment agency problem:
manajer tdk dpt dipecat krn insider
kepemilikan besar (3)Tunnelling: intercorp transfer of wealth
among pyramid firms to advantage d’ controlling s/h. LONG TERM PLANNING: families hv longer time
horizons than public s/hs or prof managers, implying that d’ countries in which
control pyramids dominate should hv higher long-term investment than countries
where most large firms are profly managed. FAMILY VALUES: families, because of
d’ blood ties that unite them, are better able to manage corp affairs smoothly.
Family control seems associated with superior performance in some low income
countries as well. Khanna & Palepu (2000) report that Indian pyramid member
firms outperform free standing firms. Khanna & Rivkin (2001) argue that
family control can bestow other advantages in economies with deeply
dysfunctional institutions. POLITiCAL CONNECTIONS: families that run control
pyramids may hv unique influence in their countries & this might account
for their survival, regardless of whether they outperform or underperform other
firms. Morck & Yeung (2003) argue that family pyramids are preferable
trading partners for corrupt politicians. Faktor penentu besarnya family control :Country Legal & regulatory standart, tarif pajak, serikat buruh, free trade.Kesimpulan Kebijakan di suatu negara mungkin akan mengurangi bentuk family control
pyramids, tetapi perlu dilakukan perbaikan institusi negara sebelum dilakukan
(diffuse ownership) penyebaran kepemilikan.
Claessens
(1997) CG & Equity Prices: Evidence from the Czech & Slovak Republic
Tujuan: menguji apkh persh
dg kepemilikan yg lbh terkonsentrasi a/ menjual shmnya dg hrg yg lbh tinggi. Hip: Jika kepemilikan lbh terkonsentrasi merefleksikan CG yg
lbh baik, firm value meningkat dlm ownership concentration. Dependent Variable: Equity Price, diukur dg 3 tipe
hrg (dlm log): a) Voucher Price b) PSE (Praque Stock Exchange) Price c) RM
(Czech RM Sytem) Price. Explanatory Variables: Tingk ownership concentration: (a) LA10: Log
dr fraksi shm yg dimiliki oleh 10 investor terbesar.(b) LH: Log Herfindahl index dr ownership concentration
(the sum of squared ownership share). Control variables: firm-specific
variable:Employment, Output Growth, Ratio of Profit to output, Ratio of Employmnt to output, ratio of BV to output, Dummy for construction sector, Dummy for service sector, Dummy for West Bohemia region the dem & of investments in the 1st bidding round relative to
total number of shares available (Proxy for inside information & missing
information about the quality of the firms) Dummies to investigate the
existence of an absolute Majority premium (holding of equity shares greater
than 50% ): CONTROLS : by State *
CONTROLD : by Domestic Investors * CONTROLF : by Foreign Investors Dummies
to control possible signaling value of ownership: * STATESD : by State *
DOMESTICD : by Domestic Investors * FOREIGND: by Foreign Investors. Hasil: Skema privatisasi republik czech
& slovak mgunakn voucher menunujukkan distribusi pd populasi & proses
bidding yg kompetitif u/ merubah sejumlah besar prsh. Voucher prices & 2
hrg psr sekunder tgtg pd strukur kepemilikan. Skema voucher price:secr relatif
concentrated ownership: Dr shm yg ditawarkan melalui voucher scheme, 2/3 ended
up with invsetment funds & 1/3 with private individuals * Semakin
terkonsentrasi kepemilikan smkn tinggi harganya. Tingginya kepemilikan absolute
o/ investor domestik tunggal berasosiasi dgn smkn tggi hrg voucher &
tampaknya sgt berguna utk merubah cara memanage persh. Persh dg sebag bsr
kepemilikan state & foreign tdk memp hrg yg lbh tinggi, berarti bhw kontrol
investor ini entails costs for (minority) s/hs melalui efisiensi persh yg turun
atau dillution of property rights. * Harga lbh rendah utk persh yg
bank-sponsored investment funds secr relatif
memp large stake, berarti bhw investor sebenarnya memp concflict of
interest. Next riset: Mengamati periode yg lbh panjang dimana
struktur kepemilikan sudah stabil Kelemahan: Periode yg singkat ( sebelum dan/ atau
setelah privatisasi) dimana struktur kepemilikan masih berubah- rubah (belum stabil).
Evzen Kocenda & Jan Svejnar (2002) Eff of Ownship Forms and Concent on Firm
Performance after Large-Scale Privatization
Tujuan: menganalisis pengaruh ownership dan kinerja post-privatisasi dlm
model ekonomi privatisasi skala besar (Czech Republic). Model: dasar model Fixed Effect
Model (o/Frydman,Gray, Hessel & Rapaczynski, 1999); yijt=αi
+ Pijt βj + Det Šet +εijt. Dmn Y = % ∆ dr Xijt
dr periode t-1 ke t, Xijt= indikator kinerja (mis: pe↑sales) atas prshn
indvd i dgn tipe kepemilikan j & pada periode t. Kepemilikan: 6Tipe kepemilikan
domestik (industri, bank, dana kelola, individu, portfolio co, & state)
& 2 tipe kepmlkn asing (prshn industri & lainnya). Pd penelitian ini: 3
kategori kepemilikan (1) state Ow (2) domestic private Ow(3) foreign ownership;
model : yi,t = α0 + w1’ mi,t-1+ w2’bi,t-1
+ w3 Ii,t-1 + w4 Si,t-1 + Øgi,t-1 + λXi,t +
Š’d + εit. ; m =majority, b= blocking minority, I=legal minoritykinerja
prshn tgtg apkh privete domestic ow sbg grup, foreign ow sbg grup atau state
memiliki mayoritas, m,b,I. S=bntk
kepmlikan lainnya. Dlm mdl tsb, variabel dummy dikodekan shg konstan mewakili
majority state ow sbg base. .Hasil: Menolak hypothesis bhw
domestic atau foreign private ownership, moderate or high ownership
concentrations, mningktkan sales. Namun, private domestic&foreign majority
dan significant minority owners lbh mningktkan profitability drpd state-owned
firms. Domestic banks & prshn portfolio sbg
single largest owners (SLO) tdk mampu
melakukan major restructuring. Foreign industrial company SLOs melakukan
strategic restructuring dlm produksi&financing tanpa deviasi dr state ownership dg benchmark the labor cost.
Pengaruh SLO tdk berpengaruh dg SLO’s concentration of ownership.Scr
keseluruhan, private ownership cenderung berhub dg kinerja yg baik, &
dispersi ownership berhub dg kinerja yg lbh baik drpd concentration ownership. Overall, our study shows that in the
post-privatization period, private ownership cenderung diasosiasikan dg kinerja
yg lbh baik drpd state ownership, dlm bbrp indicator. Some forms of private
ownership (e.g., banks and portfolio companies) tdk efektif dlm melbhi standard
kinerja state-owned companies.
Pedro Alba, Stijn Claessens,
and Simeon Djankov98: LB. Thailand jg kena Krisis ekonomi 97 yg buruk krn struktur
fincl.nya à langka sbr dana lokal, kurang investor institusi, large
firm bergntung pd bank, pinjaman LN meningkt, SME sulit cari modal, biaya modal
tinggi, CG lemah-banyak investasi yg tdk efisien, bnyk diversifikasi, profit
turun krn utk byr bunga/hutangàCG n strktur
finansial perlu perbaikan. Tujuan: analisis strktur finncing firm di Thailand, asses efektifitas mknsme CG àambil pljrn dr praktik di Intr’l. RQ: Apkh kondisi struk.fincl yg buruk & CG yg lemah mpburuk kondisi krisis di Thai. Hipotesis A.firm ‘tightly held’ ownrship kurang flexible dlm mengubah CG, kinerja akan menurun b. Knsntrasi kpemilikan yg mudah akses ke debt financg maka tk. leverage akan tinggi c. firm dgn profitabilts yg buruk makin mudah dpt pinjmn eksternal utk biayai kerugian. Hasil a. Ownrship
cncentrn positif signi berhub dg profitability di 1992. Hub.ini mjdi negtif tdk signf. di 1996. b. leverage berhub.postf.signf. dg konsntrsi kepmilikan, 92 n 96 (coef. ‘96
lbh bsr)àkpmlkn kelg,pnya ctrlng intrst di bank, gmpg dpt krdt. C.
Profitablty negtf. signf dg levrg
th’96. kesimpulan krisis di Thail dsebbkan krn strktr
finncing yg buruk, & lemahnya meknsme CG.
Mitton (2002) A Cross-Firm analysis of the
impact of CG on the East Asia Fin Crisis.
Tujuan Penelitian: menguji dampak CG thp kinerja prshn
selama krisis, dengan mgunakn data firm-level dari lima negara Asia Timur yaitu
Indonesia, Korea, Malaysia, Philipina, dan Thailand. Disclosure quality, ownership structure, and corporate diversification
mpnyai pengaruh signifikan thp kinerja saham prshn selama krisis. CG menjadi lbh kritis dlm krisis
keuangan karena: Expropriation minority s/h menjadi lbh kuat selama periode
krisis. Krisis dapat mendorong investor untuk mengakui dan mengambil kelemahan
CG yg terus tjd, sehingga prshn dengan CG yg lemah relatif lbh banyak
kehilangan valuenya selama krisis. Paper ini mempertimbangkan adanya karakteristik prshn yg berkaitan
dengan CG (disclosure quality, ownership structure, dan corporate
diversification) dapat membantu melindungi expropriation dan preserve
firms value selama krisis DISCLOSURE QUALITY,
Diukur dengan 2 cara : Prshn mpnyai kualitas disklosur lbh tinggi jika prshn listed di American
depository receipt (ADR).Berkualitas karena scr formal harus
memenuhi mandated disclosure dan scr informal investor yg besar menuntut
adanya disklosure. OWNERSHIP
STRUCTURE Large s/h dapat membantu minority
s/h karena punya power dan insentif untuk melindungi expropriation, tetapi juga
dapat mengikuti expropriation…..CORPPORATE DIVERSIFICATION Rendahnya transparansi dari diversified
firm dlm emerging market m.hslkn tk. asimetri inf. yg lbh tinggi yg
memudahkan bagi manajer atau controlling s/h lbh mudah mengambil keuntungan
dari minority s/h. Dependent Variable :Firm
performance : returns saham selama periode
krisis; termasuk dividend, yg dinyatakan dlm local currency diadjust
dengan perubahan index harga lokal. Tdk mgunakn abnormal returns dengan beta
historis karena keterbatasan data; Variabel kontrol: leverage, size, industry
dummy, country dummy….Independent Variabel: (1)Disclosure
(2).Ownership concentration :Pihak yg memiliki 5% atau lbh dari setiap prshn (3)Corporate diversification: Control variable :
Firm size, Debt ratio, Country = dummy variables (4 dari 5 negara), Industri =
dummy variabel untuk 10 dari 11 industri
Hasil: Kinerja harga saham yg lbh tinggi berasosiasi dgn
prshn dgn indikator disclosure quality yg tinggi (ADR & Big 6), outside
ownership yg tinggi, prshn yg lbh fokus (drp yg terdiversifikasi) Conclusion : P.lindgn
hukum untuk minority s/h mrpk elemen kunci CG.
Perusahan2 yg kualitas
disclosurenya tinggi, lbh transparan, struktur ownership lbh favorable dan lbh
fokus pada organisasi nampaknya memberikan p.lindgn yg lbh besar thd minority
s/h selama krisis keuangan di Asia Timur .
Prshn2 seharusnya membangun
landasan institusional yg kuat sebelum memasuki pasar modal asing
Claessens, Djankov, Fan, Lang (1999):
Expropriation of Minority S/hs: evidence from East Asia
Tujuan: Menguji adanya ekspropiasi thp s/hldr minoritas pd prshn publik di Asia Timur, dg
mempelajari scr terpisah pengaruh dr cash flow right & voting right dr
pemegang saham pengendali thp market valuation. Hipotesa Relationships between (1) the concentration of
cash-flow rigths & control rights. (2)
type of block ownership & (3) corp valuation : - Higher CF rights are associated
with higher valuation, - Concentration of control right has
a negative effect on firm value, - Separation of voting right from CF
rights (through the use of dual-class shares, pyramiding, & cross-holding)
is especially associated with lower market values. Dependent variable: excess market value =
ratio of actual market value (market
capitalization) to imputed value (Sum of Multiply the level of sales in
each segment of a firm). Independent Variables: cash-flow rights of the largest
block-holder CONTROL: control rights of the largest block-holder. Hasil Semakin tinggi CF rights o/ the largest block-holder berasosiasi dgn
smkn tinggi nilai pasar, tdk
ada bukti ekspropriasi pd state control
& kontrol o/ prsh dgn kepemilikan yg menyebar, Kontrol yg besar dr inst keu memiliki hub neg dgn nilai pasar.
(Who Control East Asian Corporation,
Claessens et al. Februari 1999) LB: ingin melihat apk weak perform & risky invest bnyk prshn di East Asia
sblmny mmg dsebabkn o/ konstrasi kekayaan hny berada pd sklpok kelg, & ditandai dg hub. yg kuat ant. pemerintah dg klp bisnis ini. TUJ.: menguji ulang hub. ant. struktur kpmilikn dg kinerja prshn, dg focus
kpmilikn ultimate. PRIOR: Fukuyama, 1996; Rajan and Zingales, (1998): Prshn-prshn Asia Timur
telah lama diketahui mrp pengecualian dari kpmilikn tersebar. La Porta,
Lopez-de-Silanes, and Shleifer, 1998: kebnykan
negara bkmbg
& beberapa Negara maju memiliki tk. kpmilikn terkonsentrasi yg sama.
Kendati demikian tk. kpmilikn terkonsentrasi di negara” Asia Timur blm scr sistematis didokumentasikan mgunakn basis Negara. Beda dg penelitian sblmny yg hny melihat kpmilikn yg terlihat (immediate owner),
penelitian ini menekankan pd ultimate
ownership, & melihat apk pkmbgn legal & regulatory terhambat dg a&ya konsentrasi kekayaan prshn
& hub. erat pemerintah dg prshn baik secara langsung maupun tdk langsung. METODE: Mgunakn metodologi La Porta, Lopez-de-Silanes, and
Shleifer (1998) u/ m.investgsii pola ultimate controls. empat cut-off u/ analisis pola kontrol prshn: 10%, 20%, 30%, and 40%.
Empat cut-off levels kpmilikn dgunakn u/ tuj. robustness, bandingkan konsentrasi
kpmilikn prshn bdsr negara, ukuran, & umur dg tk. 20% cut-off sbg benchmark. Regresi struktur kontrol u/ beberapa proxy
pd faktor spesifik diant. prshn & negara: CONTROLi = a +
b1*log(Sizei) + b2*log (AGEi)+ b3*DEVIATEi +
b4*MANAGERi + b5*PYRAMIDi + b6*log(GNP) + Country Dummies
+ Sector Dummies + ui. Hasil:
Tdpt family control melbhi setengah prshn Asia Timur, walau tdpt perbedaan
cross-country. Jepang umumnya widely held; Indonesia & Thailand sebag.bsr dikendalikan prshn kelg.; juga
kendali dari pemerintah ckp kuat di
Indonesia, Korea, Malaysia, Singapura & Thailand; b. Ditemukan bhw prshn
kecil lbh dikuasai oleh kelg., sama halnya dg prshn yg sdh berusia.; c.Pd banyak negara
pnigktan (enchance) dari pengendalian prshn dilakukan dg cara struktur piamidal, melalui penyimpangan dari aturan one-share-one-vote, & juga melalui voting right yg melampaui cash flow rights (terlihat dari hasil
regresi); d.Pemisahan management dari ownership control jarang dilakukan, &
management dari dua per tiga prshn yg tdk
widely held berhub. dg kpmilikn kelg.; e.Temuan juga menunjukkan bhw pd level economic & institutional
development (diukur dg level GNP per capita), maka konsentrasi kpmilikn
ultimate berkrg neg. Signf. (smkn tdk terobservasi) konsisten dg hasil prior. Kesimpulan: kpmilikn terkosentrasi sebagian
besar pd kpmilikn kelg.
yg mberikn
kontribusi bagi lemahnya kinerja prshn & investasi berisiko dibanyak prshn
di Asia Timur sblm krisis
financial tahun 1997-98.
Tabalujan (2002): Why Indonesian Corp
Governance Failed
TUJ: Menjelaskan CG di Indo selama th 1990an. kondisi CG yg jelek
membuat prshn babak belur menghadapi krisis moneter. TEORI:CG: kunci keberhasilan prshn; * 2
model CG : market based model & relationship model; *Market model: fokus
pada interest s/hàmengatur kecukupan kontrol thp manajemen untuk maksimisasi s/h
weatlh; *Relationship modelà memandang prshn sbg productive entity dmn tdpt berbagai
kepentingan publik seperti s/h, employees & creditor; *Kedua model tersebut
diragukan dapat diterapkan di Indonesia àsistem
tdk mendukung. Peneliti mengusulkan model ketiga (ttp penelitian dlm hal ini
msh emerging), model yg menutup family controlled & lbh ke persh publik. METODOLOGI: *Data: bank à bank summa, bank pikko & bank duta àbank
= regulated, mk mestinya CGnya lbh baik dr prshn lain; Metode : deskriptif. HASIL: *Perlu dilakukan
perubahan legal culture agar CG bisa jalan (Legal
cultureà sikap,
value,& menangkap opini dlm masy, dg memperhatikan hkm, sistem hukum, &
berbagai hal yg berkaitan dg hkm. Legal culture merpkan bag keseluruhan budaya masy); *Konvergensi
global CG akan berjalan lambat karena
kultur sosial belum mendukung, padahal CG melekat pada kultur sosial;
*Adopsi budaya lokal dlm mengembangkan atau mengimplementasi CG agar bisa
berhasil. Peneliti menyatakan kunci penting Ind legal culture adanya unsur
patrimonialismàkonsep sosiologisà sistem yg berkenaan dg hub father-figure, sama dg pendiri dlm
kel, mgunakn wewenang dlm sosial, bisnis atau konteks politik. Network familial
relationship ini perlu diubah legal relationship.
Concentrated Control.(Mark H. Lang, Karl V. Lins, and Darius P. Miller)
Tujuan: Menguji hubungan antara struktur kepemilikan, analyst
following, investor protection, dan valuation. RQ 1.
Apakah adanya konsentrasi kepemilikan keluarga/management control berhubungan
dengan keinginan analis untuk mengikuti (masuk) perusahaan? 2.Apakah analis
keberatan untuk mengikuti (masuk) suatu perusahaan dengan concentrated control
yang merusak/membuat masalah dimana proteksi investor lemah? 3. Apakah higher analyst following
diasosiasikan dengan higher firm valuation, 4.Apakahkekuatan hubungan ini bergantung
pada luas/besarnya concentrated control dan investor-protection environments?Kelbhan: sampel sangat besar dan mewakili
banyak Negara. Kekurangan: *pembahasan hasil temuan
di bag pend terlalu detail. *penggunaan jumlah sampel utk berbagai pengujian
berbeda. *Sampel tdk random. Definisi var dlm paragraf. * legal source sebagai proxy p.lindgn investorbersifat historis (alternatifnya index
legalitas, hak pemegang saham, dan efisiensi yudisial) Kontribusi: mgunakn liputan analis (analyst
coverage) sebagai alternatif mknsme corporate
governance yg dapat mempengaruhi nilai prshn (firm value). Future research dengan mengidentifikasi porsi kepemilikan keluarga dengan menelusuri ultimate owner, tapi sulit di indonesia karena keterbatasan data.
Temuan
kualitas corporate governance, besarnya/luasnya analyst following, &
valuation, yaitu: (1)analyst coverage berhub. Neg.thd overall level
of family/management ctrl dr prsh & ketika the family/mmgmt group mrpn the
largest controlling blockholder dari perusahaan. Lang et al. mempostulate
control measures sebagai proksi terhadap luasnya effective management control,
yang biasanya dikaitkan dengan expected agency cost dari manajerial yang sudah
ada (terbentuk). (2) Korelasi negatif antara konsentrasi keluarga/mgt control
& analyst coverage umumnya kuat untuk perusahaan-perusahaan yang
weak-investor-protection environments. temuannya tidak ada hub. antara analyst
coverage & control right yang ada oleh blockholder selain keluarga/management.
Hasil/temuan ini menyarankan bahwa analyst lebih suka masuk pada perusahaan
dengan potential incentives untuk menyembunyikan/memanipulasi informasi. (3)
Interaksi dari analyst coverage & effective family/mgt group control
positip berhubungan dengan value, khususnya di Negara-negara non-english legal
origin dan di Negara-negara dengan relatively low investor protection, suatu
tambahan empat analyst mengganti/mengoffset the lower value dikaitkan dengan
concentrated insider control. (4)Secara umum, temuan ini menyarankan bahwa
hubungan antara analyst following dan firms value cenderung menjadi penting
bagi perusahaan-perusahaan dengan poor internal corporate governance. Keterbatasan:
Data IBES digunakan untuk analisis karena focus tes ini pada perusahaan
yang mempunyai existing analyst coverage; oleh karena itu penelitian ini tidak
dapat secara langsung ditujukan untuk penilaian implikasi pada initiation
coverage. Namun penelitian ini telah menganalisis perusahaan-perusahaan yang
tidak masuk IBES database berdasarkan asumsi bahwa perusahaan-perusahaan ini
tidak memiliki analyst following, hasilnya sama. Penelitian ini juga
menganalisis perusahaan-perusahaan tambahan ke database IBES dan menemukan
hasil dari sample terbatas ini konsisten dengan analisis cross-sectional di
paper ini. 2.Konsentrasi managerial control yang digunakan dalam penelitian ini
hanya sebuah proksi untuk complex agency problem yang membuat internal
governance environment perusahaan. 3.Paper ini telah berusaha untuk mengontrol
untuk simultaneity dalam analisis, namun tidak dapat membangun hubungan sebab
akibatnya. kelemahan: kontribusi disajikan di
bagian hipotesis. pas dia sajikan hasil, dia sebut/tidak kalau hasilnya support
hipotesis? di abstrak dan introduction dia bilang sampel lebih dari 2500 prsh
di 27 negara tapi di bagian data dan
tabel 1 descpt stat. cuma 2094. Jml subsampel english & non-E pd uraian
data menggunkn “range” 1033 to 1264 entah apa fungsinya? padahal jml subsampel
sbenarnya di tabel 2: 1048 & 1046. ada kelemahan ttg model yang hanya
dimunculkan sekali ya tobinsQ tdk ada model. Jmlh sampel sama utk model/ukuran
ownership yg beda (tabel4)à mgkn dummyà tdk dijelaskan Kritik: variabel size utuk cross
country lebih baik diuji dg ganti pakai asel, sales, market capitalisation
(mitton, klaper, classen 99). Jgn hanya total aset mengingat ada masalah pada
penerapan standar pencatatan historical cost dan firm value antar negara.
Apakah konsentrasi kepemilikan
cenderung akan meningkatkan nilai prshn?
Claessens, Djankov, & & Lang (2002) menginvestigasi peran dari piramida kepemilikan scr lbh langsung & menemukan bhw nilai prshn jatuh ketika control right dari dr s/hld besar melbh kepemilikan arus kas dlm studi thd prshn di asia. Lins (2003) juga menemukan bhw control piramid dlm eko. emerging & menemukan efek ini lemah di ngr dg proteksi hkm yg baik u/ s/hld publik & di prshn piramid dg s/hld ousider yg bsr. Jadi ditemukan bhw hkm & pmgng s/h yg indep mencegah tunelling & mengakibatkan gover yg lbh baik. Di ngr dg perlindungan investor yg lemah, kepemilikan cenderung terkonsentrasi(La Porta et al.’99). Ada pendapat yg menyatakan bhw kepemilikan yg terkonsentrasi memecahkan mslh agensi mnjral krn pmgn. dibeberapa paper memang bilang kalau konsentrasi family/management control membuat nilai perusahaan turunà cth di Classen 99 (pak novie). Randall: konsentrsi awalnya bagus, namun lama2 merusak. Schleifer n Vishny’97:bilang, investor lbh concern ke CG pada negara yg legal sistem rendah, jika investor melihat ke perubahan praktek CG
Claessens, Djankov, & & Lang (2002) menginvestigasi peran dari piramida kepemilikan scr lbh langsung & menemukan bhw nilai prshn jatuh ketika control right dari dr s/hld besar melbh kepemilikan arus kas dlm studi thd prshn di asia. Lins (2003) juga menemukan bhw control piramid dlm eko. emerging & menemukan efek ini lemah di ngr dg proteksi hkm yg baik u/ s/hld publik & di prshn piramid dg s/hld ousider yg bsr. Jadi ditemukan bhw hkm & pmgng s/h yg indep mencegah tunelling & mengakibatkan gover yg lbh baik. Di ngr dg perlindungan investor yg lemah, kepemilikan cenderung terkonsentrasi(La Porta et al.’99). Ada pendapat yg menyatakan bhw kepemilikan yg terkonsentrasi memecahkan mslh agensi mnjral krn pmgn. dibeberapa paper memang bilang kalau konsentrasi family/management control membuat nilai perusahaan turunà cth di Classen 99 (pak novie). Randall: konsentrsi awalnya bagus, namun lama2 merusak. Schleifer n Vishny’97:bilang, investor lbh concern ke CG pada negara yg legal sistem rendah, jika investor melihat ke perubahan praktek CG
Apakah
social awarnes merupakan komponen dari CG?
klo
komponen iya tp bbbrp penelitian blng ngga relevan Klaper 2002 dan 2004. knp iya krn masuk d kiteria oecd klaper juga pas uji gak masukkan
social awareness, katanya gak relevan. padahal masuk indikatornya CSLA.