Saturday, October 12, 2013

Tips Menghilangkan Perut Buncit Setelah Melahirkan Dengan Operasi Sectio Caesar Tanpa Kelaparan

Hallo all, Ini pengalamanku selama ini mencari bagaimana metode yang paling menyenangkan dan tidak menyiksa untuk mendapatkan perut yang buncit (terutama setelah melahirkan dengan sectio caesar) jadi RATA KEMBALI.....uhuiiii....mauuu tuhhh
Setelah melahirkan anak kedua, memang aku tidak menjalani diet apapun..dan berat badan memang langsung kembali normal (Alhamdulillah) tanpa diet ketat. Tapiiiii.....oh ohh..... jadi sering dikira hamil lagi karena si perut jadi kelihatan buncit banget (seperti hamil 4 bulan)...karena lengan, paha, kaki dan bagian tubuh lain kecil. Alhasil semakin sering menahan napas kalau pakai baju agak press body he....he....he...he...
Jadi mulailah berburu cara bagaimana merampingkan tuh perut.
Ini cara yang menurut saya efektif dan tidak menyiksa:
  1. SARAPAN PAGI: sarapan itu harus, jangan pernah menyiksa diri gak sarapan. karena sarapan bikin badan fit untuk aktivitas seharian. coba aja gak sarapan pasti jatuhnya nyemil dan balas dendam pas makan siang. Makan siang porsinya bisa lebih banyak dari biasanya. TIPS SAYA: menu sarapan aku yang efektif bertahan kenyangnya sampai makan siang adalah oatmeals (3-4 sendok makan) dicampur dengan susu non fat atau NUTRISHAKE ORIFLAME. banyak minum air putih untuk kesehatan. kadang kita merasa lapar itu adalah sinyal tubuh yang sedang dehidrasi atau butuh cairan. setelah minum aman deh...perut sampai makan siang.
  2. Makan Siang: menu makannya seperti biasa: nasi, lauk pauk, sayuran, dll seperti yang biasa dimakan yaaa.... gak usah menurunkan porsinya gpp...yang penting jangan ditambah dari biasanya.
  3. Cemilan Sehat: biasanya tuh jam 3 siang sudah mulai lapar...gpp kok nyemil.. tapi yang sehat seperti buah, snack low GI, kalau gak ada yang cemilan apapun misal keripik tapi dikit aja kira-kira 5 keping kripik aja...pengen kukis? bolehh tapi cuma 2 batang kukis (seperti kastengels, goodt**e, dll), brownis? boleeehhh tapi cuma sepotong kecil ya 3X4cm lah....tapi salah satu saja yaaa....maksudku kalau sudah kripik ya kripik aja...kalau sudah brownis ya brownis ajaaa... tapi inget yaaaa NO SODA DRINK, NO MINUMAN KEMASAN, NO CALORIES DRINK... alias minumnya air putih sajaaaa yang tidak dingin. kalau mau minuman manis ya teh dengan gula diet yang nol kalori (seperti gula TROP****A).
  4. Makan Malam: Nahhh sebaiknya memang makan malamnya diganti SUSU LOW FAT atau lebih baik SUSU NON FAT merk apapun atau NUTRISHAKE ORIFLAME. Jadi aku selang seling hari ini susu besok NUTRISHAKE ORIFLAME, atau keduanya kalau memang setelah minum salah satu masih lapar lagi... *masih laper nihhh kan begadang malam?? bolehhh ganjel sama buah. buah apapun kecuali pisang yaaaaa........ dan minum air putih yang banyak.
  5. OLAH RAGA: YUP...ini harus juga... penting bgt kita beraktivitas fisik. minimal 3X seminggu @ 2jam atau lebih baik lagi tiap hari 30 menit ajaaaa jalan tiap pagi.
LOH kenapa kok NUTRISHAKE ORIFLAME? karena NUTRISHAKE ORIFLAME sudah mendapat sertifikat halal dari MUI. bisa lho dicek di link dibawah ini.

http://www.dbc-network.biz/2013/08/nutrishake-mendapatkan-sertifikat-halal-dari-mui.html/?=dosenberbisnis

Selain itu bener-bener setelah minum ini kenyaaaaaaaang banget, NGGAK NEG, pokoknya bisa bikin HEPPII FEELING deh....Insya Allah.

Okay deh segini aja...kontak-kontak aku yaaaa kalau  ada yang ditanyakan....


    

Saturday, September 14, 2013

Pengaruh PSAK No. 55 (Revisi 2006): Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan, Terhadap Earnings Informativeness dan Kemampuan Pasar Dalam Memprediksi Laba Mendatang

ABSTRAK

Penelitian ini menguji apakah penerapan perubahan standar akuntansi yaitu PSAK No. 55 (revisi 2006) mempengaruhi informasi laba dalam laporan keuangan sehingga dapat berdampak pada earning informativeness dan kemampuan pasar dalam memprediksi laba mendatang. Fokus penelitian ini adalah membandingkan apakan pengakuan dan pengukuran penyisihan penurunan nilai dan penyisihan kerugian piutang menyebabkan perbedaan pada Earnings Response Coefficient (ERC) dan Forward Earnings Response Coefficient (FERC). Dua hasil penelitian ini, yaitu koefisien laba tahun ini meningkat setelah penerapan PSAK No. 55 (revisi 2006), dibandingkan dengan sebelum penerapan. Namun, hasilnya tidak signifikan, dibandingkan dengan periode sebelum penerapan Hasil kedua, penerapan PSAK No. 55 (revisi 2006) mampu meningkatkan kemampuan pasar dalam memprediksi laba mendatang (FERC meningkat). Ditunjukkan dari koefisien laba tahun depan setelah penerapan PSAK No. 55 (revisi 2006) lebih besar dan signifikan daripada sebelum penerapan.

Kata Kunci: PSAK No. 55 (revisi 2006); earning response coefficient, forward earnings response coefficient

I.     PENDAHULUAN

Paper ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan perubahan standar akuntansi yaitu PSAK No. 55 (revisi 2006) mempengaruhi informasi laba dalam laporan keuangan sehingga dapat berdampak pada earning informativeness dan kemampuan pasar dalam memprediksi laba mendatang. Berbagai literatur telah menyediakan perbedaan bukti mengenai dampak perubahan praktik/standar akuntansi pada earnings informativeness dan prediksi laba mendatang (forward earning response coefficient-FERC). Hanlon et al. (2008) menemukan bahwa perubahan standar akuntansi pada negara yang menyesuaikan dengan aturan pajaknya membuat earnings informativeness berkurang. Sebaliknya Ettredge et al. (2005) menemukan bahwa setelah perusahaan menerapkan SFAS No. 131 mengenai Business Segment Data, berakibat pada peningkatan kemampuan stock price informativeness pada perusahaan yang telah melaporkan multi segmen sebelumnya,
Sejak 2006, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah melakukan berbagai revisi PSAK di Indonesia dengan mengkonvergen pada IFRS. Ikatan Akuntan Indonesia telah menetapkan bahwa untuk seluruh entitas yang berakuntabilitas publik, wajib menerapkan PSAK Besar (yaitu PSAK yang mengadopsi penuh IFRS) per 1 Januari 2011. Untuk PSAK No. 55 (revisi 2006) berdasarkan ketentuan oleh DSAK mulai diterapkan per 1 Januari 2009, namun pada praktiknya penerapan secara umum mundur satu tahun yaitu pada 1 Januari 2010.
Fokus dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi apakah penerapan PSAK No. 55 (revisi 2006) berpengaruh pada earning informativeness dan kemampuan pasar dalam memprediksi future earnings. Mengapa perlu dilakukan penelitian ini? Selain adanya perbedaan hasil riset seperti telah disebutkan pada paragraf awal, yaitu hasil penelitian Hanlon et al. (2008) dan Ettredge et al. (2005), Laporan Keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif yaitu relevan dan reliabel. Salah satu contoh perubahan PSAK No. 55 (revisi 2006) adalah jika sebelum revisi PSAK, pengakuan piutang ialah sebesar nilai bersih yang dapat terealisasi, cadangan kerugian piutang dinilai berdasarkan umur historis piutang. Namun setelah revisi 2006, perusahaan harus mengestimasi penurunan nilai piutang, yaitu harus ada bukti objektif  bahwa terdapat peristiwa yang menyebabkan penurunan nilai, yakni piutang tidak dapat tertagih sebesar nilai saat ini. Untuk menentukannya maka perusahaan menggunakan nilai wajar dimana harus memperhatikan time value of money, tingkat diskonto sesuai dengan kapan terjadinya piutang tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan sebelumnya yang menggunakan dasar pengukuran aset dan kewajiban keuangan adalah biaya historis. Sehubungan dengan karakteristik kualitatif, konsep biaya historis dapat memenuhi kualitas reliabel karena mudah memastikan kebenaran nilainya berdasarkan dokumen transaksi. Akan tetapi konsep historis tidak lagi relevan apabila memperhitungkan time value of money.  Sebaliknya konsep nilai wajar berdasarkan PSAK No. 55 (revisi 2006) sangat relevan dalam menilai cadangan kerugian penurunan piutang karena mempertimbangkan time value of money, namun estimasi nilai wajar tersebut tidak bisa diyakini keandalannya karena penuh dengan subjektivitas penilai (appraisal), mengorbankan reliability-nya. Hal ini sesuai dengan Richardson et al. (2005), yang mengungkapkan bahwa selalu terjadi trade-off antara reliability dengan relevance. Pada papernya Richardson et al. (2005) berargumen bahwa pengakuan terhadap estimasi akrual yang kurang reliabel akan membawa pada kesalahan pengukuran (measurement error) yang dapat mengurangi persistensi earnings dan membawa pada mispricing saham.
Penilaian piutang berdasarkan nilai wajar ini diadopsi dari standar akuntansi internasional/IFRS. Banyak anggapan bahwa akuntansi nilai wajar memiliki relevansi nilai yang lebih dibandingkan dengan biaya historis. Salah satunya adalah penelitian oleh Hassan et al. (2006) menginvestigasi apakah informasi nilai wajar memiliki relevansi nilai untuk perusahaan di Australia khususnya pada industri ekstraktif. Dimana standar akuntansi di Australia telah mengalami perubahan mengenai pengukuran instrumen keuangan, yaitu AASB 139 mensyaratkan instrumen keuangan harus diukur berdasarkan nilai wajar. Hasilnya bahwa nilai wajar bersih atas aset keuangan memiliki relevansi nilai yang lebih dibanding biaya historis. Hasil yang sama diperoleh di Jordania, Nimer et al. (2011) telah dilakukan penelitian mengenai efek implementasi IAS 39 mengenai financial instrument pada investor Jordania (Nimer, et al., 2011). Hasilnya, dengan penerapan IAS 39, berpengaruh pada profit perusahaan intermediaris dan perusahaan investasi. Terjadi volatilitas profit perusahaan intermediaris dan investasi sejalan dengan konsentrasi aset mereka pada instrumen keuangan, konsekuensinya baik itu investor individu maupun institusional mengurangi investasi mereka tiga tahun terakhir pada perusahaan. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian Nimer et al. (2011) bahwa pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan dengan nilai wajar berdasarkan IAS 39 memiliki relevansi nilai dan berhubungan negatif dengan return perusahaan ditandai dengan berkurangnya investasi para investor pada perusahaan.
Namun, hasil berbeda ditunjukkan di Finlandia, melalui bukti penelitian Jarva dan Lantto (2010) menunjukkan bahwa laba yang dilaporkan dengan standar akuntansi IFRS tidak memiliki relevansi nilai yang lebih tinggi daripada laba yang dilaporkan dengan standar akuntansi lokal yaitu Finland Accounting Standard. Dimana standar akuntansi Finlandia mengacu pada biaya historis. Sejalan dengan Jarva dan Lantto (2010), Al-Yaseen, et al. (2011) menemukan bahwa menurut persepsi investor, volatilitas laba bersih historical cost merupakan ukuran risiko ekonomis yang lebih baik dibanding dengan volatilitas laba bersih nilai wajar, dengan pengukuran nilai wajar akan berdampak pada kemampuan pengukuran risiko yang relevan sehingga dapat mengurangi ketepatan keputusan investor.
Beberapa hasil penelitian diatas menunjukkan adanya perbedaan mengenai relevansi nilai laporan keuangan yang disusun menggunakan standar akuntansi yang mensyaratkan nilai wajar dengan standar yang mensyaratkan biaya historis. Perbedaan hasil riset inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian untuk mencari bukti lebih lanjut mengenai relevansi nilai dan fokus pada mengukur dampak earnings informativeness atas perubahan standar akuntansi mengenai pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan. Kemudian, hal lain yang memotivasi peneliti adalah, pada penelitian terdahulu belum mengkaitkan standar akuntansi mengenai pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan dengan kemampuan pasar dalam memprediksi laba mendatang (forward earnings responce coefficient/FERC).
Pada penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur penerapan PSAK No. 55 (revisi 2006) adalah penyisihan kerugian/penurunan nilai piutang (mengingat pengukuran dan pengakuan penurunan nilai aset keuangan merupakan salah satu hal terpenting dalam PSAK No. 55-revisi 2006). Ini juga sesuai dengan Krishnakumar dan Kulkarni (2007) bahwa satu perubahan penting yang diperkenalkan oleh IAS 39 mengenai Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Perubahan tersebut terkait pengakuan dan pengukuran ‘impairment and uncollectability of financial assets’. Proksi untuk mengukur earning informativeness adalah menggunakan Earnings Response Coefficient (ERC) sesuai dengan penelitian Hanlon et al. (2008), sedangkan proksi untuk mengukur kemampuan pasar dalam memprediksi future earnings adalah menggunakan Forward Earnings Response Coefficient (FERC) sesuai penelitian Ettredge et al. (2005).
Penelitian sebelumnya mengenai perubahan standar akuntansi terhadap earning informativeness dan prediksi laba mendatang memang telah ada (misal Hanlon et al., 2008 dan Ettredge et al., 2005). Namun, penelitian tersebut bukan fokus pada perubahan standar mengenai pengukuran dan pengakuan instrumen keuangan. Sedangkan pada penelitian ini fokus terhadap perubahan standar akuntansi mengenai pengukuran dan pengakuan instrumen keuangan.
Penelitian mengenai penerapan perubahan PSAK di Indonesia umumnya menginvestigasi implikasi penerapan PSAK dan mengkaitkan dengan kinerja keuangan. Namun, belum ada yang mengkaitkan dengan kualitas laporan keuangan dan earnings informativeness serta kemampuan pasar dalam memprediksi future earnings.
Selain dimotivasi oleh adanya perbedaan hasil penelitian di luar negeri, penelitian ini juga dilakukan karena peneliti belum menemukan adanya penelitian sebelumnya di Indonesia yang meneliti relevansi nilai atau implikasi penerapan PSAK 55 revisi 2006 terhadap investor atau harga saham. Beberapa penelitian sebelumnya di Indonesia mengenai penerapan PSAK 55 revisi 2006 kebanyakan adalah penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan implikasi penerapan pada kinerja keuangan perusahaan/entitas.
Permasalahan penelitian yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah apakah penerapan PSAK No. 55  (revisi 2006) berpengaruh terhadap earning informativeness dan kemampuan pasar dalam memprediksi laba mendatang (future earnings)? Penelitian ini fokus membahas salah satu perubahan penting di dalam PSAK No. 55 (revisi 2006), yaitu perubahan mengenai pengakuan dan pengukuran atas penurunan nilai dan tidak tertagihnya aset keuangan (dalam hal ini adalah piutang).
Kontribusi yang akan diberikan dari hasil penelitian ini adalah:
a.    Menyediakan bukti empiris dampak perubahan standar akuntansi mengenai pengukuran dan pengakuan instrumen keuangan (PSAK No. 55 revisi 2006) terhadap earnings informativeness (ERC) dan kemampuan pasar dalam memprediksi future earnings (FERC). Belum ada penelitian mengenai dampak penerapan standar pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan yaitu PSAK No. 55 (revisi 2006) di Indonesia terhadap ERC dan FERC.
b.    Adanya perbedaan hasil riset mengenai relevansi nilai informasi dari laporan keuangan yang disusun dengan standar akuntansi nilai wajar dibandingkan dengan standar akuntansi biaya historis, yaitu bukti di Finlandia, Australia dan Jornania. Maka penelitian ini ingin mencari bukti lebih lanjut.
c.    Adanya perbedaan hasil riset mengenai dampak perubahan standar akuntansi (mengenai business segment dan standar akuntansi yang conformity dengan aturan pajak) terhadap earnings informativeness di luar negeri, maka penelitian ini diharapkan dapat memperoleh bukti empiris dampak penerapan PSAK No. 55 (revisi 2006) mengenai pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan di Indonesia terhadap kualitas informasi laporan keuangan (yakni earnings informativeness dan kemampuan pasar dalam memprediksi future earnings).
Sampel penelitian ini terdiri dari perusahaan publik sektor keuangan non bank pada 2009-2010. Total observasi adalah 70 perusahaan-tahun. Metode pengolahan data menggunakan regresi OLS. Hasilnya, pertama koefisien laba tahun ini meningkat setelah penerapan PSAK No. 55 (revisi 2006), dibandingkan dengan sebelum penerapan. Meskipun sesuai prediksi bahwa koefisiennya lebih besar, namun hasilnya tidak signifikan, sedangkan untuk periode sebelum penerapan PSAK No. 55 (revisi 2006) signifikan. Hasil ini mengindikasikan akuntansi nilai wajar atas pengakuan penurunan nilai piutang/kerugian piutang tidak terbukti secara signifikan memiliki relevansi nilai yang lebih baik dibanding dengan berdasarkan biaya historis. Kedua, penerapan PSAK No. 55 (revisi 2006) mampu meningkatkan kemampuan pasar dalam memprediksi laba mendatang (FERC meningkat). Ditunjukkan dari koefisien laba tahun depan (Et+1) setelah penerapan PSAK No. 55 (revisi 2006) lebih besar dan signifikan daripada sebelum penerapan.

 *Please leave a massage if you want to have a full version of this article.

Wednesday, July 31, 2013

Macaroni Schotel Panggang



Bahan:
250 gr makaroni (lebih baik makaroni elbow)
100 gr daging giling
5 lembar daging asap, potong kotak
1 buah bawang bombay, cincang halus
2 siung bawang putih
Mentega untuk menumis
1 sachet sup krim instan
250 ml susu cair ultra
200 gr keju cheddar parut
garam secukupnya
merica bubuk secukupnya
pala bubuk secukupnya
5 butir telur, kocok lepas
1lt air untuk merebus macaroni.
200 ml air untuk merebus sup instan

Bahan Taburan:
100 gr keju quick melt parut 

Seledri cincang.

Cara membuat:
  1.  Didihkan 1 lt air, setelah mendidih masukkan 3 sdm minyak dan macaroni, rebus sampai macaroni kenyal tidak terlalu lembek. Setelah kenyal, matikan kompor, tiriskan macaroni dan sisihkan.
  2. TUMIS:  Mentega. Tumis bawang putih, bawang bombay sampai harum, masukkan daging giling dan daging asap, tambah garam, merica, pala secukupnya. Kemudian sisihkan.
  3. Campur 1 sachet sup krim instan dengan 200ml kemudian rebus hingga mendidih.
  4. MATIKAN API
  5. Campur sup instan dengan kocokan telur, masukkan tumisan (nomor 2) masukkan susu cair, keju parut (langkah nomor 4 ini jangan diatas kompor). Lalu masukkan macaroni. Aduk rata.
  6. Tuang pada aluminium foil atau pinggan. Taburi dengan keju quick melt dan seledri cincang.
  7. Panggang pada oven yang telah dipanaskan sampai 150 C. Agar tidak kering di Loyang, macaroni dipanggang di layer tengah oven. Di leyer terbawah oven masukkan loyang yang sudah diberi air.(boleh dikukus juga)
  8. Panggang selama kurang lebih 1 jam.

Tuesday, July 30, 2013

A message from my lovely son












Alhamdulillah... what a surprise!! a letter from my eldest son, Davin. He likes painting very much. He makes this picture with fresh paint on my windows 8 lap top. I put one off his painting also in my facebook cover photo.
Love you too Davin and Nara, Be a sholeh son

Friday, July 26, 2013

How to Connect Windows 8 to HP Laser Jet P1006

For the first time using Windows 8 Lap top i confuse how to print my document on my powerful printer HP Laser Jet P1006. So...if you have the same problem like me, you can easily find, download and install the driver from this following link: http://h10025.www1.hp.com/ewfrf/wc/softwareCategory?os=4132&lc=en&cc=us&dlc=en&sw_lang=&product=3435684#N196

Sunday, January 20, 2013

Kuisioner mengukur Locus of Control

Berikut merupakan contoh quisioner untuk mengukur Locus of Control yang saya adopsi dari Rotter (1966). Semoga bermanfaat.



Locus of control
Berilah tanda silang (X) pada kotak jawaban yang disediakan atas pernyataan yang diberikan sesuai dengan pendapat Anda.

1.       a.  Banyak ketidakbahagiaan yang terjadi pada hidup seseorang disebabkan sebagian karena adanya nasib buruk.
     b.   Ketidakberuntungan seseorang berasal dari kesalahan yang mereka buat.


2. a.  Satu alasan utama mengapa timbul perang adalah karena masyarakat tidak menaruh banyak perhatian pada politik.
     b. Peperangan akan selalu terjadi, tidak peduli seberapa keras masyarakat berusaha mencegahnya.

3.       a. Pada jangka panjang, orang layak mendapatkan rasa hormat  di dunia ini.
b. Seseorang sering mengalami tidak diakui, tidak peduli ia sudah berusaha keras untuk diakui.

4.     a. Pendapat bahwa guru berlaku tidak adil pada muridnya adalah omong kosong.
     b.Sebagian besar siswa tidak menyadari bahwa nilai yang mereka peroleh merupakan hasil dari   kejadian yang tidakdisengaja.

5.       a. Tanpa adanya pengendalian yang tepat, seseorang tidak akan dapat menjadi pemimpin yang efektif.
b. Orang yang mampu menjadi pemimpin, namun gagal menjadi pemimpin, belum memanfaatkan peluang yang mereka miliki.

6.       a. Sekeras apapun usaha Anda, orang tetap tidak menyukai Anda.
b. Orang yang tidak bisa membuat orang lain menyukai dirinya, tidak memahami bagaimana bergaul dengan baik.

7.       a. Saya sering menemui bahwa apa yang akan terjadi benar terjadi.
b. Mempercayai nasib tidak pernah berubah juga bagi saya, maka saya membuat keputusan untuk mengambil tindakan yang pasti.

8.       a. Murid yang mempersiapkan dirinya dengan baik saat ujian, jarang sekali menghadapi soal ujian yang tidak wajar.
b. Seringkali soal-soal ujian tidak terkait dengan apa yang telah dipelajari di sekolah, sehingga percuma saja belajar.

9. a. Kesuksesan berasal dari kerja keras, sedikit sekali atau bahkan tidak berkaitan dengan keberuntungan.
b. Mendapatkan pekerjaan yang baik tergantung pada berada di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat (the right place and the right time).

10.   a. Masyarakat umumnya mampu mempengaruhi keputusan pemerintah.
 b. Dunia ini dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa, dan tidak banyak rakyat kecil yang bisa melakukan hal tersebut.

11.   a. Ketika saya membuat rencana, saya hampir yakin bahwa saya bisa mewujudkannya.
b. Membuat rencana jauh-jauh hari tidak selalu menjadi hal yang bijak, banyak hal berubah dan  menjadi suatu keberuntungan.

12.   a. Pada diri saya, mendapatkan apa yang saya inginkan sedikit atau bahkan tidak ada hubungannya dengan keberuntungan.
  b. Beberapa kali kita memutuskan apa yang harus dilakukan dengan cara melemparkan uang logam.

13.     a. Apa saja yang terjadi pada diri saya adalah karena perbuatan saya.
           b. Kadang-kadang saya merasa bahwa saya tidak memiliki cukup kontrol atas arah hidup saya yang saya ambil.


Kuisioner ini telah saya gunakan dalam pengumpulan data untuk paper seminar akuntansi manajemen berjudul: "TINJAUAN KEMBALI HUBUNGAN PARTISIPASI BUDGET TERHADAP KINERJA
MANAJERIAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR MODERASI DAN ANTESEDEN" (Januari 2013)